Istilah sinonim dan antonim tentu
sangat sering kita dengar. Apa sebenarnya konsep dari kedua istilah
tersebut. Ternyata, sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno “Syn” > berarti
dengan dan “Onoma” > berarti nama. Jadi sinonim adalah kata yang berbeda
namun memiliki arti yang mirip. Dengan demikian, sinonim bukanlah kata yang memiliki makna sama, melainkan
menyerupai atau mirip karena di dalam sebuah bahasa, tidak pernah ada satu
katapun yang memiliki makna sama. Jika ada, maka selayaknya, kata tersebut di
buang supaya jumlah kata lebih efektif secara leksikal.
Perhatikan
kata-kata sinonim berikut:
- binatang - hewan
- dan - serta
- tetapi - melainkan
- melihat - menonton
Contoh :
- Siswa sekolah kami akan berlibur ke Kebun
Binatang Surabaya.
- Protein hewani, banyak terdapat pada
daging.
- Kemarin saya sedang membeli buku, pencil, dan penggaris.
- Tolong saya dipanggilkan ketua kelas serta wakilnya.
- Dia bukan guru, melainkan pedagang.
- Anak-anak tidak bermain, tetapi belajar.
- Saya sedang menonton pertndingan
sepakbola.
- Ia sedang melihat keadaan
temannya yang sedang sakit.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jika
kita perhatikan dengan cermat, akan tampak nyata perbedaan kata-kata yang bersinonim
sehingga jelaslah bahwa kata yang bersinonim itu berbeda makna. Jika kata-kata
tersebut belum terlalu tampak perbedaannya, cobalah Anda tukarkan posisi
kata-kata besinonim tersebut.
Istilah antonim berasal dari bahasa Yunani anti "lawan" dan onoma "nama" adalah sebuah istilah
linguistic yang merujuk pada pasangan kata yang berlawanan artinya / lawan
kata. Perlawanan kata ini bisa secara penuh atau majemuk
Sebuah kata disebut sebagai antonim penuh jika kata-kata yang berlawanan makna tersebut, terbatas pada dua unsur saja.
Contoh :
- perjaka – gadis
- · pria – wanita
- · laki-laki – perempuan
- · jantan – betina
- · jauh – dekat
- · gelap – terang
Contoh :
- · merah – “tidak merah” (seperti : putih, hijau, biru)
- · pagi – “tidak pagi” (seperti: siang, sore, petang)